Kenaikan Harga Komoditas Jadi Angin Segar bagi Industri Alat Berat

Jakarta – Harga komoditas di pasar dunia masih terus melambung. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ingin kondisi ini menjadi angin segar bagi industri alat berat.

Airlangga yakin permintaan industri alat berat di Indonesia semakin meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas, gencarnya pembangunan sektor konstruksi, dan naiknya aktivitas sektor pertambangan di dalam negeri.

“Untuk itu, kami berharap kepada pelaku industri alat berat dapat memanfaatkan dengan menguatnya harga komoditas untuk memacu

produksinya,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Minggu (8/7/2018).

Merujuk data Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), dalam dua tahun terakhir terjadi kenaikan produksi alat berat. Pada 2016, produksi mencapai 3.678 unit, lalu 2017 naik menjadi 5.609 unit.

Sementara itu, produksi di kuartal I 2018 sudah mencapai 1.684 unit, naik 46,05% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Produksi ini didominasi untuk memenuhi kebutuhan sektor konstruksi dan pertambangan.

Baca juga: Strategi Industri Oli Nasional Hadapi Gejolak Nilai Tukar

Adapun alat berat jenis hydraulic excavator menjadi kontributor tertinggi dari total produksi di kuartal I/2018 yang mencapai 1.534 unit atau 91,09%, diikuti bulldozer 89 unit, dump truck 60 unit, dan motor grader 1 unit. Sepanjang tahun 2018, Hinabi menargetkan produksi alat berat bisa tembus 7.000 unit.

Guna mendongkrak daya saing industri alat berat nasional, Kementerian Perindustrian mendorong sektor ini terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi sesuai kebutuhan pasar saat ini. “Pemerintah akan memfasilitasi pemberian super deductible tax bagi industri yang berinovasi,” tambah Airlangga.

Menurutnya langkah tersebut sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, di mana program prioritas untuk mendukung implementasi revolusi industri keempat di Tanah Air.

Baca juga: Harga Batu Bara Acuan US$ 104,65 per Ton di Juli

Airlangga juga menyampaikan pentingnya sektor ini untuk terlibat dalam program pendidikan vokasi yang diinisiasi oleh Kemenperin dengan konsep link and match antara industri dengan SMK.

“Tujuannya adalah mencetak tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Pasalnya, engineering company seperti ini, bisa survive karena mereka megutamakan pembangunan SDM,” tegasnya.

Airlangga menambahkan, industri alat berat berperan penting mendukung kegiatan usaha lain, seperti di sektor pertambangan, pengolahan lahan hutan, pembangunan infrastruktur, serta perkebunan dan pertanian. Hal ini mendukung akselerasi program pemerintah dalam menerapkan kebijakan hilirisasi.

“Kebijakan tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk-produk industri lanjutan,” paparnya.

Di samping itu, menciptakan pula pertumbuhan bagi ekonomi lokal. dia mencontohkan di Kabupaten Morowali, adanya industri smelter, ekonomi di sana naik sebesar 65% di tahun 2015 dan mendorong peningkatan ekspor lebih dari 80% pada 2017.

Industri alat berat juga diminta untuk meningkatkan kandungan komponen lokal hingga mencapai 70%. “Jadi, kalau kita sudah bisa buat di dalam negeri, tidak perlu lagi impor,” tegasnya. (ang/zlf)

Sumber : Detik Finance